Selamat Datang di Toko Buku Media Sains Indonesia

Kembali Ke Halaman Pencarian

Jejak Permukiman Komunitas Hindu di Lereng Gunung Lawu

ISBN: 978-623-195-826-6

Terbit: 5 February 2024

Ukuran: A5 Unesco (15,5 x 23 cm)

Versi Cetak: Tidak Tersedia

Versi Digital: Tersedia

Deskripsi:

Arsitektur permukiman komunitas Hindu di Jawa di pegunungan  yang dapat ditelusuri sampai saat ini menunjukkan beragam variasi. Variasi ini tidak lepas dari latar kebudayaan Jawa yang tidak homogen.  Terdapat keaneka-ragaman ciri khas budaya Jawa yang bersifat regional, yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan alam di pulau Jawa. Berdasarkan topografi lahannya, wilayah Jawa memiliki  tiga karakteristik budaya yang berbeda, yaitu daerah pegunungan (subur dan tandus), daerah dataran rendah dan daerah pantai. Masing-masing wilayah budaya tersebut memiliki variasi logat bahasa, karakter makanan, kesenian, dan adat istiadat.

Saat pengaruh Hindu masuk ke tanah Jawa, konsepsi Hindu ditransformasikan melalui penafsiran orang Jawa, sehingga menimbulkan penafsiran baru yang berbeda dengan konsepsi Hindu di tempat asalnya. Nuansa kosmologis seringkali muncul dalam konsep perencanaan dan perancangan bangunan atau sejenisnya.  Fleksibilitas nilai-nilai hindu yang beradaptasi dengan kepribadian jawa daerah setempat  membentuk karakteristik permukiman yang spesifik. Hal ini memunculkan beragam konsep permukiman komunitas Hindu di Jawa yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal. 

Generasi awal penduduk di Dusun Cetho mempunyai keyakinan bahwa mereka masih keturunan Eyang Trincing Wesi, salah seorang bekas pengabdi raja Majapahit yang ikut mendirikan Candi Cetho pada akhir abad ke-15. Mereka kemudian mulai membuka hutan dan membuat sanggan (areal pekarangan dan tegalan).. Pada tahun 1912, jumlah penduduk semakin bertambah dan mulai terbentuk sebuah struktur dusun. Dusun yang akhirnya dikenal dengan nama Dusun Cetho, karena letaknya yang berdampingan dengan situs Candi Cetho.